TALAGABODASSelama satu bulan beroperasi, Trans Metro Bandung (TMB) justru mengalami kerugian hingga 60%. Target penumpang yang terealisasi baru mencapai 50%, terbagi atas 60% penumpang umum dan 40% pelajar.  Kondisi tersebut membuat Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung berupaya mempercepat pembangunan selter permanen yang rencananya mulai dibangun Desember mendatang.

“Target pendapatan sekitar Rp 86 juta, namun dari evaluasi baru Rp 34 juta. Artinya terdapat kekurangan sekitar Rp 52 juta,” terang Kepala Dishub Kota Bandung, Timbul Butar Butar ketika ditemui wartawan di Graha Kadin Kota Bandung, Jln. Talagabodas, Selasa (27/10).

Timbul menjelaskan tidak tercapainya target tersebut dipengaruhi beberapa faktor. Penyebab utama adalah masih belum optimalnya selter yang tersedia. Dari total 32 selter, baru 15 selter sementara yang tersedia. Hal itu memengaruhi jarak selter yang dinilai penumpang terlalu jauh.

“Akibat jarak yang terlalu jauh, numpang jadi enggan menggunakan TMB. Solusinya kita akan membangun selter permanen sesuai kebutuhan,” kata Timbul seraya mengungkapkan, jarak terjauh selter mencapai 3-4 km.

Untuk pembangunan 32 selter tersebut, Dishub Kota Bandung menyiapkan dana Rp 13,6 miliar. Rencananya pembangunan selter akan dilakukan setelah penandatanganan perjanjian kerja sama dengan pihak ketiga, yaitu PT Horison.

“Diupayakan, Desember mendatang selter permanen sudah mulai dibangun. Jika sudah ditandatangani kita akan urus izin untuk pembangunannya,” imbuhnya.

Penambahan armada

Selain pembangunan selter permanen, Dishub juga akan menambah jumlah bus TMB yang seharusnya sebanyak 39 unit. Namun pengadaan unit tambahan ini akan dibicarakan terlebih dahulu dengan konsorsium, yaitu gabungan koperasi angkutan. “Pembicaraan pengganti ini belum mencapai titik temu, draf pembahasannya masih harus dirinci,” ujar Timbul.

Terkait dengan tidak terealisasinya target pendapatan, Timbul menjelaskan, hal tersebut telah diprediksi. Apalagi dengan hanya pengoperasian 10 unit TMB. “Kita sudah memperkirakan hal itu, walaupun jumlah yang dioperasikan maksimal, yakni 39 unit, tetap tidak akan langsung break even point (BEP),” ujarnya.

Karena itu, meski merugi, pengoperasian TMB tidak akan menjadi masalah. Karena pengoperasian TMB lebih mengarah pada pelayanan untuk masyarakat, bukan profit oriented. “Intinya bukan income oriented tapi lebih kepada pelayanan. Tidak mungkin dalam satu tahun sudah langsung BEP,” pungkasnya. (B.114)

Sumber : http://www.klik-galamedia.com/