JAKARTA – Meskipun Dinas Perhubungan (Dishub) DKI menggelar razia dan mengandangkan bus kota tidak laik jalan, di jalanan masih banyak kendaraan umum, terutama bus besar dan bus sedang, yang kondisinya memprihatinkan.
Pantauan Warta Kota, Selasa (13/10), sejumlah bus yang melintas di Terminal Pasarminggu, Jakarta Selatan, banyak yang bobrok. Sekadar contoh, salah satu Metromini S62 (Manggarai-Pasarminggu). Bumper belakangnya penyok dan berkarat serta tidak punya lampu rem. Dengan demikian, pengendara lain di belakangnya sering terkejut ketika bus itu berhenti mendadak.

“Rusak habis ditabrak, belum sempat diperbaiki,” ujar Arifman, kondektur bus tersebut. la mengaku belum tahu ada razia kelengkapan kendaraan umum, seperti ban, lampu, dan rem.

Kendaraan tersebut telah berusia sekitar 19 tahun. Asap kendaraan hitam tebal. Namun, ban dan roda cukup baik.

“Selama mesin masih oke, ya masih dipakai. Kan masih ada izinnya,” ungkapnya.

Beberapa bus Kopaja S57 (Blok M-Cililitan) dan bus PPD 54 (Grogol-Depok) juga mengeluarkan asap hitam pekat. Asap itu mengganggu kesehatan pengendara dan penumpang di dalam bus itu. Selain itu, banyak bus yang kaca jendelanya pecah dan dibiarkan bolong tanpa penutup.

Seperti diberitakan sebelumnya, Dishub DKI merazia sejumlah bus yang tak laik jalan. Sedikitnya 31 bus dikandangkan karena tidak laik dan masa berlaku uji kendaraan bermotor (kir)-nya telah habis.

Salah satu sopir Metromini S75 mengatakan, pengurusan kir biasanya dilakukan oleh pemilik kendaraan.

“Kalau ada yang kurang-kurang juga bisa lolos asal bayar. Di tempat kir juga ada calonya,” ujar pria yang enggan menyebut nama ini.

Pelayanan bus kota di Jakarta juga dirasakan sangat menjengkelkan. Awak angkutan umum sering seenaknya mengoper penumpang di tengah jalan dan bus putar balik meski belum sampai di tujuan. Sopir juga sering ugal-ugalan dalam mengemudi dan berhenti di sembarang tempat.

Inur (31), warga Petojo Selatan, Jakarta Pusat, mengatakan bahwa dirinya kerap diturunkan di tengah jalan ketika menumpang Metromini B91 (Batusari-Tanahabang).

“Biasanya cuma sampai Roxy, terus kita disuruh turun,” ujarnya.

Menurut karyawati swasta ini, para kondektur bus mengaku enggan melalui kemacetan di sekitar Tanahabang yang tak pernah bisa diatasi. Meskipun sering bersitegang dengan penumpang, kejadian itu tetap berulang. Meski di sekitar Roxy banyak polisi dan petugas dishub, mereka membiarkan bus berputar balik di tengah jalan. (sab)

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/